Jakarta - Tidak mudah bagi Arrival Dwi Sentosa untuk mengupdate database anti virus buatannya. Bocah kelas 2 SMP Negeri 48 Bandung ini harus berburu virus dari
warnet ke warnet. Dalam perburuannya tak jarang dia ditolak karena dianggap akan merusak komputer.
Dalam perbincangan dengan detikINET di rumahnya bertempat di Gang Adiwinata No 9, Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Rabu (26/1/2011), dia menuturkan pengalamannya dalam berburu virus.
"Saya cari virus ke warnet-warnet. Kadang saya ditolak sama penjaga warnet. Karena saya hanya menggunakan komputer tanpa akses internetnya. Jadi mungkin dianggapnya saya mau merusak atau memasukkan virus," jawabnya, polos.
Bukan tanpa alasan Ival, panggilan akrabnya, berburu virus di warnet. Sebab, pengguna warnet bisa siapapun ditambah dengan akses internet dan kurang waspadanya pengelola warnet terhadap virus, maka arena ini dapat menjadi media ujicoba yang bagus untuk menjajal kemampuan antivirusnya.
"Warnet adalah gudang virus. Banyak yang pakai komputer di warnet. Seringkali virus beredarnya dari situ. Di satu komputer bisa sampai 50 varian virus dan lima jenis virus. Banyak kan?" ungkapnya.
Aktivitas perburuannya dilakukan oleh Ival hampir setiap hari. Selepas pulang sekolah dia akan menyambangi beberapa warnet di dekat sekolah ataupun rumahnya. Sekali berburu di warnet dia bisa menghabiskan waktu sampai dua jam untuk mengumpulkan virus-virus guna menambah database Artav, antivirus berbasis visual basic buatannya.
"Paling lama 2 jam. Saya pakai program System Analyser untuk mendeteksi virus. Tinggal klik saja, nanti program tersebut akan mencari sendiri file-file virus. Setelah dapat, saya cari dimana file tersebut berada terus saya simpan dalam flashdisk. Baru nanti di rumah saya bongkar kodenya dan saya tambahkan ke dalam database Artav. Biar tetap update," terangnya.
Tak heran jika saat ini dalam data basenya sudah tersimpan hampir 2.000-an jenis virus dengan hampir 500.000 variannya.
Sebenarnya bukan tidak mau bagi Ival untuk berlama-lama berburu virus di warnet. Keterbatasan uang yang dimilikinya membuat dia harus pintar-pintar memilih warnet atau komputer yang banyak virusnya.
"Untuk ke warnet saya pakai uang jajan saya. Dalam satu minggu saya diberi uang jajan Rp 30.000. Kalau habis, kadang saya minta tambahan ke orang tua. Tapi tidak banyak," katanya, sambil tersenyum malu. ( afz / fw )
Sumber Berita : detikInet
No comments:
Post a Comment