Thursday, May 5, 2011

bila musik kematian irama



Taal sudah berubah.Ritma juga sembalewang.Si pemain musik kematian melodi.Dengarkan,dengarkan.Ada gemersik yang mengusik.Tangisan yang terhenti di hadapan bingkai gambar.Dan surat-surat hati yang dibakar.kehilangan puja.Memarahi takdir,memarahi tuhan.Tidak pernah dihabiskan dengan kekentalan jiwa.Malah menambah lemah.Padahal dengan semangkuk sup cendawan,sudah memadai menelan segalanya.Besok buang,lusanya kembali dengan tangisan.Apa mau difikir hidup ini dilanjutkan dengan rintihan demi rintihan..


Jiwa kalau diajar terus dengan sengketa...MATI.


Yang hidup batang tubuh yang masih berani melamar cinta.Untuk apa?Kalau dalam soal hidup pun kita suka menjadikan najasah sebagai bahan permainan?.Lalu dilontar kepada angin yang menderu ke arah kita.Pasti kita sendiri yang menikmati aromanya.




Kebetulan,si Ratna baru saja kecewa.Dia mulai benci balada.



No comments:

Post a Comment