Kuala Lumpur itu, bagi anak perdesaan yang cuma kenal mesin minuman sebagai suatu yang sangat mengagumkan pasti hilang akal tersumbat di dalamnya.Mohon saja kalau lebih lama terintim dengan bujukan kota metropolitan ini,harga diri juga bisa jadi hanya sekadar harga ikan asin yang belum ditawarkan harganya.Kuala Lumpur itu kota yang hidup dengan pesta sketsa terhidang di depan mata.kuala Lumpur itu kehidupan realitis dari drama 'sebuah kotak minuman yang kosong'.Kuala Lumpur terbilang kerna pelakonnya bukan calang-calang orang.
Tidak perlu tahu jalan,lorong atau nama si penjual warung.Lebih importansi,kalau cuma perlu membayar kenikmatan mata dengan penuh rasa hormat.Mata lebih akrab dalam penceritaan kisah kota yang mecet dengan orang yang berjalan berlaga bahu dan tersadung diketawakan.Rugi kalau kita mengalihkan pandangan dan berlalu seolah tiada apa yang berlaku di depan mata.Ah,anak dari perdesaan belum cukup tuntas pengenalannya pada lakonan.
Seorang tua hindu yang mabuknya tidak pernah surut ditendang di belakang punggungnya sehingga haruslah mukanya mencumbui aspal oleh si pemilik warung melayu yang punya tubuh sasa.Gara-gara cuma menyanyi lagu 'bird song' dengan nada seolah berpuisi begitu sudah mendapat iktiraf.Anak perdesaan melihat dan tersenyum..."Ini drama yang Tuhan mereka tidak pernah sama...".
No comments:
Post a Comment