Friday, September 3, 2010

Alasan Malaysia Membenci Indonesia

Just Share Gan..Bukan Bermaksud Memprovokasi atau Sebagainya...

Ini hanya Suara dari Anak Negri yang jenuh dengan Kelicikan yang di tebarkan
untuk Menghancurkan Bangsa Yang Cinta Damai..Bangsa Yang Berbudaya..
Bangsa Yang Beragama..Bangsa Yang Kaya Akan Segala Hal..

Kenapa Mereka Membenci Negri Ini?

Sebutan Indon oleh Malaysia kepada Indonesia berarti meremehkan ataukah akrab ? :-? Beberapa jawaban memang yang dilontarkan oleh berbagai kalangan.

Malaysia yang sedang terpana dengan kekayaan Indonesia ( mencuri perbatasan). Sesuai statistik terakhir, kapal perang Malaysia telah berulang kali memasuki wilayah teritorial Indonesia. Sikap Malaysia melanggar kesepakatan PBB dan Deklerasi Djuanda, sudah bisa diartikan meremehkan Indonesia serta menginjak-injak harga diri Indonesia karena kedaulatan adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi. Apalagi setelah mereka tanpa malu mencuri budaya Indonesia.

Beberapa pendapat yang menyebabkan
Malaysia selalu berusaha mencuri milk Indonesia :

1.
Malaysia miskin budaya, sedangkan saat ini pemasukan negara cukup besar dari sektor pariwisata, dari sebab itu mencari budaya sebanyak-banyaknya (meskipun dengan jalan kurang bijaksana) untuk mengembangkan sektor tersebut dan meningkatkan devisa negara menjadi satu langkah yang di ambil. Semakin banyak di kecam dan di gugat malaysia akan semakin senang, karena popularitasnya semakin meningkat.

2.
Malaysia ingin memperluas wilayah.

3.
Malaysia mencari sensasi di mata Dunia untuk mencari popularitas dalam mengembangkan sektor pariwisatanya.

4.
Malaysia merasa kuat karena mempunyai backing negara-negara kuat.

5. Dendam lama dengan Indonesia sejak kepemimpinan Soekarno.

6. Menganggap Indonesia adalah negara yang lemah.

7. Bangga terhadap armada laut dan udaranya.

Alasan kapal malaysia masuk teritorial kelautan Indonesia, tidak lain adalah untuk memprofokasi situasi.
Malaysia mengharap Indonesia akan melancarkan serangan, jika indonesia menyerang berarti saat itu pula api perang fisik telah dinyalakan, bersama dengan itu pula malaysia mencari bantuan ke negara-negara yang berkepentingan terhadap disintegrasi Indonesia. Silahkan ingat-ingat saja, negara mana yang terlibat dalam aksi GAM di Aceh, lepasnya Timor Timur.
Malaysia jika dilihat berdasarkan peralatan perang memang sedikit lebih unggul dari Indonesia, tetapi dalam segi SDM tentara Indonesia jauh lebih unggul. Satu contoh, dalam latihan perang tentara Indonesia dilepas di tengah hutan berbekalkan pisau, tapi tentara Malaysia dibekali Mie Instan. Bisa anda bandingkan!

Sebenarnya kelicikan
Malaysia tidak berhenti sampai pencurian budaya dan wilayah laut. Berdasarkan kenyataan, wilayah-wilayah Indonesia yang berbatasan langsung denganMalaysia, para penduduk mayoritas menggunakan Ringgit dan bukan Rupiah. Rata-rata merekapun tidak tau kapan Indonesia merdeka, bahkan prisiden Indonesia saja juga tidak tau. Memang Malaysia memanfaatkan dan mengkondisikan situasi seperti itu, dengan tujuan suatu saat wilayah itu akan dicaplok dan di klaim sebagai wilayah Malaysia. Skenario yang hebat bukan ?

Memang betul, Indonesia lengah. Hal itu disebabkan wilayah Indonesia sangat luas, sehingga tidak semua wilayah dapat terlindungi 100%

Disayangkan sekali pada situasi genting seperti ini di Indonesia sedang panen korupsi, bertikai, rebut kekuasaan, saling hujat ,sedangkan mahasiswa tak lagi mengasah otak tapi melatih otot. Pemuda-pemuda kita banyak yang sedang terlena dengan game online murahan. Para ahli-ahli kita lebih suka bergabung dengan Luar negeri karena faktor bayaran. Dan seterusnya…

Entah siapapun nanti yang akan duduk sebagai presiden RI, jangan hanya diam, banyak teori atau bahkan selalu mengambil keputusan bodoh karena kebakaran jenggot. Yang dibutuhkan bangsa Indonesia adalah pemimpin yang punya jiwa patriot, Nasionalis dan berwawasan kedepan dengan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara bukan mementingkan nasib partai, golongan atau kekuasaan belaka.

Pidato Bung Karno Pada Acara peringatan Maulud Nabi tahun 1964 di mesjid Istana

Walau acara keagamaan, tapi Bung Karno masih sempat sempatnya menyelipkan pidato politiknya yang berapi api. Saat itu Bung Karno menyampaikan kemarahan yang luar biasa dalam acara Maulid saat itu, setelah dilaporkan para demonstran di Kuala Lumpurmerobek bendera merah putih dan menginjak injak lambang Burung Garuda. Sampai saat ini, beberapa kali Indonesia yang mengklaim sebagai saudara tua harus mengalah kepada adik kecilnya di utara. Sebenarnya sejarah hubungan love and hate kedua negara sudah dimulai lebih dari empat puluh tahun yang lalu.

Ketika menerima kemerdekaan dari Inggris pada tanggal 31 Agustus 1957, negeri itu bahkan tidak mempunyai lagu kebangsaan. Dengan gagah berani dan percaya dirinya, mereka mencomot lagu keroncong Indonesia yang berjudul “ Stamboel Terang Boelan “, sebagai lagu kebangsaan dan mengganti liriknya. Presiden Soekarno dengan kesantunan seorang pemimpin besar negara tetangga, segera mengumumkan lagu idola buaya keroncong itu tidak boleh lagi dinyanyikan sembarangan di seantero Nusantara ( Tempo Edisi 15-21 Oktober 2007 ).

Sebagai pemimpin besar, jangankan sebuah lagu. Pesawat MIG saja dipinjamkan ke Pakistan, atau mengirim senjata satu kapal selam penuh ke Aljasair, untuk membantu kemerdekaan negara negara Asia Afrika. Sejak awal sesuai semangat politik Bung Karno, ia selalu mendukung dekolonisasi negara yang hendak merdeka, sehingga ia tidak menentang gagasan
Malaysia. Bahkan dalam Manila Accord antara Tungku Abdul Rahman dari Malaysia, Presiden Macapagal dari Philipina dan Bung Karno, disepakati bahwa status daerah Kalimantan Utara akan dibicarakan lebih lanjut melalui referendum rakyatnya. Namun secara fait accompli pada tanggal 29 Agustus 1964 Tungku Abdul Rahman dan Inggris mengumumkan penggabungan Kalimantan Utara sebagai bagian dari federasiMalaysia . Bung Karno tentu saja marah, dan sejarah selanjutnya mencatat Sejarah mencatat politik konfrontasi terhadap Malaysia telah menimbulkan korban jiwa yang tak sedikit. Ribuan sukarelawan disusupkan lewat laut dan udara melalui Johor, Singapura, Sabah dan Sarawak. Pasukan Marinir, maupun reguler bertempur di hutan hutan Kalimantan dengan pasukan gurkha dan tentara Inggris, sebagai perang yang tak pernah diumumkan antara Inggris dan Indonesia. Perang selama 3 tahun yang karena sifat kerahasiaan dan tidak hadirnya wartawan dalam pertempuran, menyebabkan tidak banyak orang luar memahami, betapa dahsyat pertempuran yang terjadi. ( Thomas Geraghty, Who dares wins, the story SAS 1950 -1980 )

Setelah orde lama tumbang, kedua negara itu memulai hubungan baru. Awal 70-an Indonesia mengirim dosen, guru untuk membangun infrastruktur pendidikan di
Malaysiayang saat itu baru memiliki satu universitas. Karya sastrawan Indonesia menjadi buku bacaan wajib di sekolah sana. UU Penanaman Modal Asing tahun 1967 menjadi blue print pembangunan investasi mereka juga. Mereka belajar industri perminyakan melalui Pertamina, Undang Undang Migas menjadi model yang ditiru plek ketiplek oleh Petronas. Mereka juga mengirim orang untuk belajar kedokteran, teknik di UI, ITB, UGM, Unpad, Airlangga, bahkan juga mengirim ke sekolah film di IKJ, serta menjiplak UU Perfilman Nasional kita. Coba lihat sekarang, gantian mahasiswa kita yang belajar di perguruan tinggi Malaysia. Pertamina sudah ngos ngosan mengejar Petronas menjadi pemain kelas dunia. Mereka juga memasuki perbankan dan industri telekomunikasi kita. Di dunia film, banyak orang film Malaysia yang mencari nafkah di Indonesia dan kita sekarang yang belajar film dengan mereka. Sekarang si saudara muda sudah menuai hasilnya, membuat mereka maju sebagai bangsa yang mandiri sehingga melahirkan perubahan pola pikir. Generasi baru Malaysia sekarang hanya melihat Indonesia sebagi pengekspor pembantu, buruh, TKI serta biang kerok kebakaran hutan saja. Ini membuat secara mental mereka lebih superior dan menjadi dengan gampangnya menyepelekan hubungan ras serumpun antar bangsa ini. Terus terang rasa kebangsaan saya terusik dengan masalah masalah ini. Mulai pencaplokan pulau Sipadan – Ligitan, kasus Ambalat, TKI yang dianiaya dan diperkosa wasit karate kita yang di gebukin, istri diplomat yang ditahan , batik yang dipatenkan oleh mereka, sampai terakhir pemakaian lagu Rasa Sayange hanya menjadi excuse dari sebuah bangsa yang merasa besar dengan huruf b kecil. Aroma emosi terlihat pada komentar masyarakat Malaysia pada sebuah postingan seorang blogger kondang di Kuala lumpur . Ada yang bilang Indonesia tak tahu terima kasih sudah dibantu sewaktu bencana tsunami, ada yang bilang silahkan ambil lagu itu lagi asal 2 juta TKI diMalaysia disuruh pulang lagi.

No comments:

Post a Comment