Tuesday, December 14, 2010

travail âme



saat aku melengkapkan pembacaan pada ayat-ayat akhir novel madame bovary..fikiran aku mula menelusuri ke satu pentas penulisan di tanahair kita.Novel ini dihasilkan oleh sang penulis berbangsa perancis yang hebat dalam sekitar 1856,gustave flaubert's.Lelaki ini kalau masih punya jasad baru saja tiga hari yang lepas meraikan ulangtahun kelahirannya pada 12 disember( 1821).Gusfla dilahirkan di rouen-seine maritime ini punya jaluran hidup yang dihabiskan dengan penulisan dan salah satu karyanya yang hebat dan dialihbahasakan dalam berapa buah bahasa ialah madame bovary.

aku tidak menceritakan tentang novel ini atau tentang gusfla sendiri tapi aku melihat dari satu sudut yang lain dan menerbitkan satu persoalan yang cukup baik aku kira.Ia tentang penjiwaan seorang lelaki dalam menghasilkan karya yang ditunjangi oleh watak seorang wanita.Mungkin aku masih kurang pengalaman untuk membolosi semua penulis-penulis tanahair yang terkenal era ini kalau dibandingkan dengan era penulisan sebelum berakhir edisi 80an.Kemampuan seorang lelaki menghidupkan karakter wanita dalam satu-satu novel aku kira tidak dianggap gampang...kerna aku selalu terikat dengan konsep naluri lelaki.Nah ternyata ada besar jurang bedanya kalau dipersamai dengan bentuk penulisan wanita itu sendiri dengan menggunakan karakter sejenisnya.


melewati toko-toko buku yang menyajikan novel karangan wanita dengan mengetengahkan karakter lelaki seperti aku mencari sebutir kaca dalam longgokan kristal.Ternyata terlalu banyak peluh harus aku seka untuk menemui suatu yang aku fikir aku boleh menghayatinya.Kebanjiran penulis-penulis wanita di tanahair kita menengelamkan kewujudan penulis lelaki,nah kalau adapun amat dikitlah..Ini kebenaran(versimilitude)dalam arena penulisan tanahair kita.Yang veteran jugak sudah semakin rontok,menunggu masa hanya untuk dikenang.


Namun ternyata biar sebanyak mana pun lambakan karya-karya di rak-rak toko tidak akan mencapai status agung kalau orang kita sendiri masih berfikiran stereotype dan tidak mempunyai aliran kesedaran(stream of consciouness).Nilai suatu karya itu dinilai dari banyaknya kritikan yang diterima dan kita masih menghasilkan suatu yang picisan sahaja...Malah mahu menghasilkan karya novel romatika pun tidak mampu memberi jiwa pada pembaca kerna kisah cinta yang dipaparkan terlalu datar.

barangkali kita harus menanti lagi ada karya yang merentasi benua ketika kita semakin dimamah usia...ato sudah ada?

No comments:

Post a Comment