TAHUN lalu, Bintang memprediksikan talent search atau ajang pencarian bakat akan hit di tahun 2010.
Indikatornya, Indosiar dan RCTI sama-sama memastikan kehadiran kembali dua ajang pencarian bakat yang fenomenal lebih dari 5 tahun silam, Akademi Fantasi Indosiar (Indosiar) dan Indonesian Idol (RCTI).
Walau akhirnya AFI urung digelar--yang kembali ada justru Kontes Dangdut TPI (KDI) yang berganti nama menjadi KDI Star (MNCTV)--ada satu ajang pencarian bakat baru yang seketika membetot perhatian publik, Indonesia Mencari Bakat (Trans TV).
Dan berturut-turut ada pula beberapa ajang pencarian bakat lainnya seperti Viva Dangdut Mania (MNCTV), Indonesia’s Got Talent (Indosiar), Suara Indonesia (SI), Aksi Anak Bangsa (RCTI), Voice of Indonesia (Indosiar), dan lain-lain.
Budaya Pop Menemukan Titik Jenuhnya
Bagaimana dengan tren tayangan televisi tahun depan? Kami mulai merasakan pergeserannya sejak pertengahan 2010.
Hal ini tidak terlepas dari kesuksesan besar IMB. Program yang memakan waktu tayang hingga kurang-lebih 8 bulan itu salah satunya berjasa membawa nilai ke-Indonesia-an ke hadapan masyarakat.
Gina Mayangsari, produser eksekutif Trans TV yang mengkreasi reality show rasa Nusantara, Primitive Runaway, memberikan kesannya tentang program yang melejitkan nama Brandon, Hudson, dan Putri Ayu itu.
“Seperti (menampilkan) Rumingkang, Funky Papua, atau Berto Pah si pemain musik sasando. Sangat tradisional, tetapi dalam waktu bersamaan membuat mereka sangat digemari,” kata Gina.
“Ternyata yang Indonesia banget itu bisa juga laku!” imbuhnya menyimpulkan, bukan orang bule saja yang mau menonton tari-tarian daerah atau semacamnya.
Kebetulan atau tidak, rasa tradisional yang diusung IMB tecermin pula pada beberapa ajang pencarian bakat lainnya. Baik itu IGT atau AAB yang muncul paling belakangan.
Selain judul yang jelas mengandung spirit nasionalisme, pada praktiknya pun keduanya terlihat mengedepankan kontestan yang mengusung nilai budaya lokal. Apakah mereka yang memainkan tarian-tarian daerah atau musik tradisional seperti halnya dilakukan Klantink, juara IMB musim pertama.
“Budaya pop begitu-begitu saja. Mengapa tidak kita mencoba melihat yang lain, sesuatu yang berbeda agar terasa segar kembali? Sekalian membuktikan kehidupan kita itu sebetulnya tidak membosankan. Begitu banyak hal yang bisa dilihat dari sekadar melulu mengikuti budaya pop,” urai Gina.
Arini Ditamatkan, Islam KTP Tambah Durasi
Well, orang bijak pun akan berkata, segala sesuatu yang dikembalikan ke akar budaya selalu menjadi lebih baik. Stasiun televisi SCTV, ketika menyambut perayaan ulang tahunnya yang ke-20, menghadirkan FTV 20 Wajah Indonesia yang kental bernuansa lokal.
“Bermula dari keresahan kami terhadap tayangan di televisi yang kurang mencerminkan jati diri bangsa,” kata Uki Hastama, humas SCTV.
Hasilnya positif. Pemilihan lokasi syuting yang tidak hanya pada kota-kota besar utama seperti Jakarta, Yogyakarta, atau Bali, melainkan Cirebon, Indramayu, Sukabumi, Brebes, Pacitan, Lampung, hingga Papua, menarik dilihat. Dan keberhasilan itu menjadi salah satu keunggulan yang teperhatikan Program Director SCTV, Harsiwi Achmad.
Sehingga perempuan yang terkenal bertangan dingin itu bertekad mengusung hal itu -- FTV atau sinetron yang berlatar budaya lokal -- sebagai strateginya menuju “televisi nomor satu”.
“SCTV stasiun yang memiliki program dengan konten sangat lokal. Sangat disukai ibu-ibu rumah tangga dengan program unggulan FTV dan musiknya. Saya harus mengembangkan variasi program sehingga menjadi trendsetter di FTV. Nanti mungkin akan berkembang ke genre yang lain,” ujar Harsiwi.
Keseriusan SCTV terlihat dari dipangkasnya sinetron Cinta Fitri dan Taxi yang mungkin, kurang “Indonesia”. Sementara sinetron Islam KTP yang bernuansa pinggiran Jakarta malah diperpanjang jam tayangnya hingga sekitar 2 setengah jam. Di luar jam tayang prime time, SCTV juga punya Get Married the Series yang sama kental nuansa lokalnya dan hingga kini dipertahankan sebagai unggulan.
Segambreng aktor dan aktris senior seperti Jaja Mihardja, Inggrid Widjanarko, Derry Drajat, dan lainnya kompak bermain watak ala orang-orang pinggiran kota Jakarta di keseharian yang ramai.
Sinetron produksi Starvision itu semakin total memikat pemirsa dengan kemasan FTV-nya dan cerita yang ringan membahas berbagai masalah sosial di masyarakat. Tidak njelimet dan menghibur.
Indosiar pilih sinetron, Trans TV terus berusaha dekat dengan pemirsa
Stasiun MNCTV sejak lama identik dengan tayangan-tayangan lokal, tidak ketinggalan menghadirkan sinetron terbaru, Udin Bui. Sinetron komedi yang menampilkan bintang Lukman Sardi ini digarap Aris Nugraha yang sukses besar dengan Bajaj Bajuri.
Sudah bisa terbayang, kan betapa akan terasa lokal Udin Bui? Dan jangan lupakan Opera Van Java di Trans7 yang telah memasuki tahun ke-3, namun tetap memikat berkat nuansa lokalnya.
Sementara Indosiar dalam rencana program tahun depan tidak secara spesifik akan menampilkan tayangan bermuatan lokal yang kental. Melainkan menguatkan tayangan sinetron. “Di tahun 2011, program unggulan Indosiar akan bergeser dari program-program nonsinetron menjadi program-program sinetron,” kata Triandy Suyatman, Direktur Program Indosiar.
“Bahkan Indosiar telah memulainya dengan menayangkan 4 judul sinetron di prime time (18.00-22.00 WIB). Ada Arti Sahabat, Dia Anakku, Pejantan Cantik, dan Taxi season 2.
Selanjutnya segera menyusul judul-judul sinetron baru di antaranya Nada & Cinta, Antara Cinta dan Dusta, dan lain-lain,” bebernya. Untuk mengakomodasi program-program itu, Indosiar melengserkan game show yang sempat hit di tahun 2009: Take Me Out, Take Him Out, dan Take a Celebrity Out.
Bagaimana dengan Trans TV? Walau sukses menghadirkan tayangan-tayangan bernuansa lokal antara lain Belajar Indonesia, Celebrity On Vacation, Para Pemburu, Jika Aku Menjadi, dan lain-lain, unsur Indonesia bukan ketentuan mutlak. “Kami rasa, tanpa ada labeling “Indonesia” pun, pada dasarnya kami selalu berusaha membuat program yang dekat dengan pemirsa.
"Dekat secara emosional dan sosial. Karena pemirsanya adalah orang Indonesia, sudah tentu program-program tersebut harus mengandung elemen-elemen ke-Indonesia-an yang menjadi daya tarik sekaligus sumber kedekatan dengan para pemirsa,” kata Hadiansyah Lubis, Head Marketing and PR Trans TV mewakili stasiun televisi yang telah menginjak usia 9 tahun. Betul sekali itu!
(wida/gur)
Sumber Berita : Tabloid Bintang Indonesia
No comments:
Post a Comment